Bank BI Mencatat Utang Luar Negeri Hingga Oktober 2019 Capai Rp. 5.608,4 Triliun

Di Baca : 12398 Kali
Ket Foto : Ilustrasi.

JAKARTA (KHC) - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri pada Oktober 2019 mencapai USD400,6 miliar atau sekitar Rp5.608,4 triliun, terdiri dari utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral) USD202,0 miliar atau sekira Rp2.828 triliun, dan utang luar negeri sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD198,6 miliar atau sekitar Rp2.780,4 triliun.

Jumlah utang luar negeri tersebut meningkat Rp74,2 triliun dibandingkan bulan September 2019 yang sebesar USD395,3 miliar atau sekitar Rp5.534,2 triliun. Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako mengatakan, utang luar negeri tumbuh 11,9% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,4% (yoy).

"Terutama dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto utang luar negeri dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS. Pertumbuhan ULN yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan utang luar negeri pemerintah di tengah perlambatan utang luar negeri swasta," ujar Onny di Jakarta, Senin (16/12/2019).

Dia menambahkan, pertumbuhan utang luar negeri pemerintah meningkat sejalan dengan keyakinan investor asing terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang menarik. Menurut dia, hal itu terlihat dari posisi utang luar negeri pemerintah pada akhir Oktober 2019 yang tercatat sebesar USD199,2 miliar atau tumbuh 13,6% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya.

Ony menjelaskan, pertumbuhan utang luar negeri terutama dipengaruhi oleh peningkatan arus masuk neto asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan global bonds pada Oktober 2019. "Pengelolaan utang luar negeri pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," imbuhnya.

Adapun utang tersebut terbagi di sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19,0% dari total utang luar negeri pemerintah), sektor konstruksi (16,5%), sektor jasa pendidikan (16,1%), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,3%), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,4%).

Sementara itu, utang luar negeri swasta tumbuh melambat dari bulan sebelumnya. Posisi utang luar negeri swasta pada akhir Oktober 2019 tumbuh 10,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,7% (yoy). Perkembangan ini disebabkan oleh pertumbuhan utang luar negeri Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) yang melambat.

Selain itu secara sektoral, utang luar negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 76,6%.

Struktur utang luar negeri Indonesia disebut tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Oktober 2019 sebesar 35,8%, membaik dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.

"Di samping itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang luar negeri berjangka panjang dengan pangsa 88,4% dari total utang," ujarnya.

Dalam rangka menjaga struktur utang luar negeri tetap sehat, lanjut dia, Bank Indonesia dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan utang luar negeri, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. 

"Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tandasnya.***

Sumber : Sindonews.com


[Ikuti KabarHeadline.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar