Pemudik Sangat Dimanjakan

Di Baca : 6801 Kali
Brebes (KabarHeadline.com) - Tak keliru jika Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jawa Tengah (Jateng) Bakharuddin MS berpendapat bahwa tahun ini, pemudik yang melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman, sangat dimanjakan. Selain berfungsinya jalan darurat, kata Bakharuddin, kelancaran mudik tahun ini juga dipengaruhi maksimalnya koordinasi, sinergi, kerja sama, dan komunikasi antar-lembaga terkait. Mulai dari level pusat seperti Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), badan usaha jalan tol (BUJT), Basarnas, hingga tingkat daerah, kabupaten dan kota. "Perencanaan konseptual yang baik, membuahkan hasil yang baik pula," cetus Bakharuddin kepada Tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com dan Otomania.com, Jumat (24/6/2017). Bakharuddin menuturkan, persiapan matang sudah dilakukan sejak awal Januari 2017 melalui pertemuan-pertemuan intensif lintas sektor. Hal senada dikatakan Direktur PT Lintas Marga Sedaya (LMS), pengelola Jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Rinaldi. Menurutnya berbagai skenario untuk mengantisipasi arus mudik dan balik Lebaran 2017 diciptakan lengkap dengan beragam solusi efektifnya. "Pertemuan sangat sering. Kami menyusun strategi jangka pendek yang efektif untuk mencegah tragedi mudik tahun lalu terulang," kata Rinaldi kepada Tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com, dan Otomania.com, Sabtu (24/6/2017). Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk Herwidiakto yang melakukan perjalanan mudik pada Jumat (23/6/2017) malam merasakan betul sinergi lintas sektor dalam pengamanan mudik tahun ini. Dia mengisahkan, nuansa mudik 2017 berbeda dengan tahun sebelumnya. Kali ini pemudik seakan menempuh perjalanan di atas "karpet merah" yang segala sesuatunya telah disediakan. Mulai dari toilet bersih, kedai makanan, pos kesehatan, mushola, SPBU, mini market, layanan pijat, hingga gerai oleh-oleh. Sementara dari sisi infrastruktur jalan, beberapa ruas tol operasional dalam kondisi mulus, terang, dengan marka jalan, dan rambu lalu lintas lengkap. Demikian halnya dengan jalan darurat yang difungsikan sementara. Kendati hanya berupa lantai kerja atau lean concrete setebal 10 cm dan masih berdebu di sana-sini, namun jalan darurat ini mampu memangkas waktu tempuh 20 persen hingga 40 persen lebih cepat ketimbang lewat jalan biasa. "Kecepatan maksimal 40 kilometer per jam di jalan darurat tak menghalangi perjalanan mudik paling berkesan tahun ini. Debu-debu pun disemprot setiap dua atau tiga jam sekali," kisah Herwidiakto. Dia menambahkan, setiap 10 kilometer iring-iringan kendaraan pemudik yang melintasi jalan darurat, dikawal oleh petugas kepolisian atau patroli jalan raya (PJR). Hal ini yang membuat kondisi lalu lintas saat mudik, lebih lancar dan cepat terurai kepadatannya. Terlebih saat keluar dari pintu keluar atau exit toll krusial macam Gringsing Exit di Kabupaten Batang, dan Tingkir Exit di Kota Salatiga. Jalan menyempit selepas dua exit toll ini tak membuat arus lalu lintas tersendat lama. Pasalnya, petugas kepolisian telah melakukan rekayasa lalu lintas jauh sebelum antrean panjang kendaraan terjadi. Dalam bahasa Irjen Pol Dr Chrisnanda, wasit penilai kepadatan arus lalu lintas jalur mudik 2017, pro-aktif memberikan solusi tepat. "Jangan nunggu macet kalau mau bikin rekayasa lalu lintas. Kita harus pro-aktif, dan pandai membaca situasi," kata dia. Nuansa mudik berbeda juga dirasakan Anita, warga Cakung, Jakarta Utara, yang hendak pulang ke kampung halaman di Solo. Perempuan berhijab ini setiap tahun mudik dengan mengendarai mobil pribadi. Menurut dia, perjalanan mudik kali ini sempat tersendat justru saat keluar dari Tol Dalam Kota. "Enam jam saya tertahan di Tol Dalam Kota menuju arah Pondok Gede dan Jakarta-Cikampek. Selebihnya lancar, untuk beristirahat di rest area pun cukup mudah. Isi bensin juga tidak sulit. Bahkan saat di jalan darurat, bensin bisa didapatkan tanpa harus mengantre panjang," ungkap Anita. Puncak mudik lebih awal Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, puncak arus mudik Lebaran 2017 justru datang lebih awal, yakni pada H-3 atau Kamis (22/6/2017). Rinaldi memaparkan, kendati secara volume kendaraan pada mudik tahun ini lebih tinggi yakni mencapai 83.875 unit dibanding tahun 2016, namun panjang antrean justru lebih pendek. "Kamis lalu antrean kendaraan maksimal hanya 6 kilometer. Ini karena pengaruh transaksi cashless di 25 gardu tol yang dibuka sejak H-7," ujar Rinaldi. Transaksi cashless ini lebih efektif mempercepat perjalanan, karena membutuhkan waktu hanya 2 detik sampai 4 detik. Sementara transaksi secara konvensional atau uang tunai butuh waktu 12 detik hingga 15 detik. Baik Anita, Herwidiakto, Bakharuddin, maupun Chrisnanda mengatakan, ritual kolosal mudik tahun ini berjalan lebih baik dibanding tahun lalu. "Ada evaluasi menyeluruh yang diseriusi demi perbaikan-perbaikan. Karena kami intinya adalah melayani pemudik dengan lebih baik, aman, nyaman, dan selamat sampai tujuan," tuntas Bakharuddin. Sumber : Kompas.com


[Ikuti KabarHeadline.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar