Fokus Kesembuhan, Setnov Diminta Lengser dari Ketum Golkar

Di Baca : 6640 Kali
Jakarta (KabarHeadline.com) - Nasib Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP akan ditentukan pada sidang putusan praperadilan yang akan berlangsung pada hari ini, Jumat (29/9). Bersamaan dengan itu, DPP Partai Golkar juga akan menggelar rapat pleno yang bakal membahas jawaban Setnov terkait rekomendasi permintaan nonaktif dan penunjukan pelaksana tugas ketua umum. Namun, hingga kini Setnov diketahui masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur akibat penyakit jantung yang dideritanya. Selain jantung, Setnov juga diketahui mengidap penyakit vertigo dan ginjal. Ketua Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Partai Golkar, Yorrys Raweyai menilai, dengan kondisinya tersebut, Setnov lebih baik fokus pada kesembuhannya ketimbang mengurusi partai. Karenanya, lebih baik Setnov melepas jabatannya sebagai ketum. Yorrys berpendapat kesehatan Setnov tetap mempengaruhi roda organisasi partai saat ini. "Kalau dia sakit terus begini, kenapa dia tidak fokus pulihkan kesehatan dulu," kata Yorrys di kawasan Slipi, Jakarta, Kamis (28/9). Dengan kondisinya, Yorrys berpendapat Setnov tidak dapat optimal untuk memimpin partai beringin. Sebab dalam melaksanakan tugas konsolidasi internal, Setnov harus menyerahkannya kepada Ketua Harian Nurdin Halid dan Sekretaris Jenderal Idrus Marham. DPP Golkar, kata dia, juga siap memberi rekomendasi ulang seandainya Setnov tidak setuju dengan yang disampaikan saat ini. "Kami akan sampaikan lagi. Sebab, jangan sampai DPP ini disalahkan oleh daerah, darimana-mana," katanya. Mengenai hal itu, Ketua Forum Silaturahmi DPD tingkat Provinsi Partai Golkar Ridwan Bae mengatakan, para pengurus daerah menginginkan ketenangan dan soliditas internal partai dalam menghadapi persoalan Setnov. Perlu ada langkah konkret untuk menyelesaikannya. "Konkret dalam artian bahwa kita mesti duduk secara bersama-sama termasuk meminta pandangan dan pikiran Pak Setnov. Apa pun alasannya saat ini dia masih ketua umum," kata Ridwan terpisah. Untuk itu, Ridwan berharap agar semua pihak menahan diri terkait posisi Setnov sampai ada putusan praperadilan. Sebab, dia yakin, bahwa Setnov bakal menerima apapun putusan hakim. "Keputusan utnuk praperadilan, pastilah Pak Novanto akan mengambil sikap. Sikap Pak Novanto juga akan menguntungkan Partai Golkar, bukan untuk keuntungan pribadi dia," katanya. Sementara itu, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai, dengan kondisi ini, tidak ada pilihan lain untul Golkar mencari pemimpin baru yang terbebas dari jerat hukum. Cara ini menjadi upaya untuk mengembalikan elektabilitas dan citra partai. "Tidak ada pilihan, Golkar sedang membutuhkan suplemen dan oksigen politik baru, yang bisa memompa animo kepercayaan diri kader dari tingkat grassroot sampai pusat," kata Pangi kepada CNNIndonesia.com. Menurut dia, jika Golkar tetap bertahan dengan kondisi Setnov sebagai ketum, maka bukan tak mungkin Golkar akan keok di petarungan Pemilu 2019 mendatang. "Kalau Golkar masih dinakhodai oleh figur yang punya beban moral dan bermasalah, pesimis bisa menang Pemilu 2019," ujar Pangi.*** Sumber : CNN Indonesia.com


[Ikuti KabarHeadline.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar