TANGERANG (KabarHeadline.com) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta pelaku industri nasional membuat terobosan dalam membantu menangani permasalahan sampah nasional. Salah satunya dengan menggiatkan program daur ulang plastik untuk digunakan kembali sebagai bahan baku kemasan.
Direktur Industri Kimia Hilir, Ditjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Taufiq Bawazier, mengatakan masalah sampah di Indonesia sempat menjadi sorotan dunia setelah Dr Jenna Jambeck, peneliti dari University of Georgia, Amerika Serikat, menahbiskan Indonesia sebagai negara kedua yang paling banyak menyumbang sampah plastik ke laut dunia.
Meski masih meragukan validitas hasil riset Jambeck, ia menyebut pelaku industri nasional harus bisa berkontribusi menangani permasalahan sampah di Indonesia dengan mendaur ulang sampah plastik sebagai bahan baku kemasan.
Taufiq mencatat kebutuhan plastik sebagai bahan baku industri mencapai 5,6 juta ton per tahun. Sebanyak 2,3 juta ton sudah dipenuhi oleh industri plastik nasional. Lalu 1,67 juta ton dipenuhi dari impor bijih plastik virgin, sebanyak 435.000 ton dipenuhi dari impor limbah plastik Non B3.
"Baru 1,1 juta ton plastik yang bisa dipenuhi oleh industri daur ulang," kata Taufiq dalam Media Workshop "Inovasi & Kontribusi Industri Menerapkan Model Pengelolaan Sampah Plastik yang Efektif untuk Menanggulangi Permasalahan Sampah di Indonesia" di Hotel Grand Zuri BSD, Tangerang, Senin (10/12/2018).
Dalam kesempatan sama, Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim, menuturkan dengan semakin banyak perusahaan nasional melakukan kegiatan daur ulang, maka secara otomatis membantu mengurangi pencemaran lingkungan, menghemat energi, menghemat devisa impor plastik virgin, sekaligus memberi penghasilan untuk para pekerja sektor informal Indonesia.
Ia mencatat, saat ini ada 360 perusahaan anggota ADUPI yang melibatkan 4 juta pemulung dalam menjalankan kegiatan produksinya.
"Kami ingin semakin banyak lagi industri makanan dan minuman yang memanfaatkan produk kemasan hasil daur ulang. Kalau di Indonesia saat ini sifatnya belum mandatori, baru sebatas kesukarelaan," kata Christine.
Salah satu perusahaan yang menurut Christine sudah melakukan kegiatan daur ulang dengan baik adalah PT Tirta Investama, produsen air minum dalam kemasan merek Aqua.
Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia, menyatakan perusahaannya siap menjadi industri minuman pengguna botol daur ulang pertama di Indonesia. Awal tahun depan, Danone-Aqua akan meluncurkan produk air mineral kemasan 1,1 liter yang botolnya 100% diproduksi dari plastik daur ulang.
Ia menuturkan botol daur ulang merupakan hasil produksi industri mitra Perusahaan di Bandung. Bahan baku flakes plastik dipasok dari enam titik pengepul binaan yang tersebar di Tangerang, Bandung, Bali, Lombok, dan Kepulauan Seribu.
"Peluncuran produk air minum dalam botol plastik daur ulang awal tahun depan merupakan bentuk dari komitmen kami untuk menjaga lingkungan. Plastik seharusnya menjadi bahan baku dan tidak bertebaran di lingkungan sebagai sampah, oleh karena itu kami manfaatkan kembali," kata Karyanto.