Isu BUMN Ganjal Swasta Jual Avtur, Berikut Penjelasan Luhut Binsar Panjaitan

Di Baca : 11976 Kali
Ket Foto : Menko Luhut Binsar Panjaitan menegaskan bahwa tidak ada upaya untuk menghambat masuknya perusahaan swasta dalam mata rantai penjualan avtur di dalam negeri.(Sindonews.com).

JAKARTA (KHC) - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menegaskan bahwa tidak ada upaya untuk menghambat masuknya perusahaan swasta dalam mata rantai penjualan avtur di dalam negeri. Hal ini turut membantah keluhan dari pelaku usaha terkait lambatnya kedatangan pemain baru dalam bisnis bahan bakar pesawat tersebut.

"Tidak betul," tegas Luhut di Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Saat ini, avtur di Indonesia hanya didistribusikan oleh PT Pertamina (Persero). Sejak isu perusahaan swasta bisa masuk menjadi penyalur avtur pada awal tahun 2018 lalu, ada dua perusahaan yang bersedia yakni PT AKR Corporindo Tbk dan British Petroleum. Namun hingga kini belum juga terealisasikan.

Menurut Luhut, pemerintah tengah mengevaluasi distribusi penjualan avtur oleh pihak swasta karena ada permintaan untuk memperluas wilayah distribusinya, termasuk menjual avtur hingga ke wilayah Indonesia Timur. "Seperti sekarang AKR baru tiga tempat, jadinya enggak fair dong. Jadi kami mau evaluasi, harus bisa sampai ke Indonesia Timur," tuturnya.

Pemain baru dalam bisnis penjualan avtur memang ditujukan untuk menghilangkan potensi monopoli harga oleh Pertamina yang menjadi pemain tunggal saat ini. Perusahaan minyak pelat merah tersebut disebut-sebut membuat harga avtur dalam negeri tidak kompetitif.

Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan pada Jumat (6/12) di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian bahwa bahwa ada BUMN yang mengganjal perusahaan swasta untuk bisa menjual avtur di Indonesia.

Dia menjelaskan, monopoli penjualan membuat harga avtur tidak kompetitif. Hal ini kemudian berimbas pada tingginya biaya operasional maskapai penerbangan di Indonesia, dan ujung-ujungnya membuat tarif tiket pesawat menjadi mahal. "Tarif penerbangan yang mahal itu sangat berimbas pada sektor pariwisata domestik, membuat masyarakat lebih memilih untuk mengurangi perjalanan," ujar Hariyadi.***

Sumber : Sindonews.com


[Ikuti KabarHeadline.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar